Contoh Naskah Seminar Membangun Manusia yang Berkarakter

Contoh Naskah Seminar Membangun Manusia yang Berkarakter

Konten [Tampil]






Seminar Membangun Manusia yang Berkarakter


Yang kami hormati Ibu Siti Wasirah, Dra selaku Dosen Bahasa Indonesia UTY,

Yang kami hormati Bapak Yulian Bayu Nurhesa selaku Ketua Seminar,







Yang kami hormati Bapak Alex Alfandianto selaku Psikolog Karakter Manusia,
Yang kami hormati pula Bapak Heru Irawan selaku Monitoring Karakter Manusia,
Yang kami hormati Bapak Yusuf Permana selaku Ketua Himpunan Manusia Berkarakter,

dan saya sendiri Bapak Rudianto selaku Pembawa Acara,

serta hadirinpeserta seminar Membangun Manusia yang Berkarakter,

Contoh Naskah Seminar Membangun Manusia yang Berkarakter









Salam Sejahtera

Saudara-saudara yang kami hormati, sebagimana tercantum dalam undangan, seminar tentang “Membangun Manusia yang Berkarakter.”
Untuk itu semua tentu sangat membutuhkan informasi sekaligus sebagai upaya menyamakan persepsi,sehingga tidak menimbulkan masalah baru yang justru menjauhkan kita dari konsep manusia yang berkarakter ditinjau dari masyarakat sebagaimana yang kita harapkan bersama.

Baiklah kami perkenalkan dahulu para pakar yang akan berbicara mengetengahkan buah pikiran dan pendapatnya.

Pertama, adalah Bapak Alex Alfandianto yang telah memiliki kredibilitas tinggi khususnya di bidang Psikolog Karakter Manusia. Pekerjaan sehari-hari ialah sebagai konsultan khusus bidang masalah Psikolog Karakter Manusia.
Kedua, adalah BapakYulian Bayu Nurhesa yang meneliti kurangnya karakter manusia di lingkup pendidikan. Pekerjaannya sebagai pengelola Lembaga Pengembangan Minat dan Bakat . 
Ketiga, adalah BapakHeru Irawan yang memiliki ketangkasan dan kepekaan dalam Me-monitoring Karakter Manusia.sekarang telah menjadi dosen terbang di berbagai Universitas.

Dan selanjutnya, adalah BapakYusuf Permana yang telah menjadi Ketua Himpunan Manusia Berkarakter. Sekarang bekerja di kantornya sendiri.



Setelah kami perkenalkan satu-persatu para pemakala maka kami sampaikan beberapa ketentuan sebagai berikut:



1. Pemakalah hanya kami beri waktu selama sepuluh menit.

2. Selama pembacaan makala tidak ada interupsi.
3. Pada saat berdiskusi, tiap babak kami berikan kepada tiga penanya.

Selanjutanya segera kami berikan kesempatan untuk pemakala pertama dan serta sebagai Ketua Seminar, untuk itu yang terhormat bapak Yulian Bayu Nuhesa kami persilahkan !.

Mohammad Natsir salah seorang Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.I. Nieuwenhius : “Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.”
Seorang dosen Fakultas Kedokteran pernah menyampikan keprihatinan kepada saya, kerena separuh lebih mahasiswa kedokteran di kampusnya mengaku, masuk Fakultas Kedokteran untuk mengejar materi, menjadi dokter adalah baik. Menjadi ekonom, ahli teknik, dan berbagai profesi lain, memang baik. Tetapi jika tujuannya hanya untuk menggemuk kekayaan, maka dia akan melihat biaya kuliah yang dia keluarkan sebagai investasi yang harus kembali jika dia lulus kuliah.Ia kuliah bukan untuk mencintai ilmu dan pekerjaannya, tetapi berburu uang.
Bagaimana manusia akan berkarakter, jika pejabat hanya mengumbar kata-kata, tanpa amal nyata. Bagaimana mahasiswa akan mencintai dosennya , sedangkan mata kepala meraka menonton dosen dan Universitasnya materialis, mengeruk keuntungan besar-besaran malalui lembaga pendidikan.
Membangun manusia berkarakter adalah perkara besar, ini masalah bangsa yang sangat serius. Bukan urusan Kementerian Pendidikan semata. Presiden, Menteri, anggota DPR, dan pejabat lainnya harus memberi teladan. Jangan minta rakyat hidup sederhana, tapi rakyat dan mahasiswa jelas melihat, para pejabat sama sekali tidak hidup dengan sederhanadan mobil-mobil mereka yang dibiayai oleh rakyat adalah mobil impor dan sama sekali tidak hemat.

Selanjutanya kami serahkan kepada bapak Alex Alfandianto untuk membacakan makala kedua. Bapak Alex Alfandianto kami persilahkan!.

Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasilmembangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah.
Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang kebaikan, tetapi prilakunya tidak sejalan, dengan ilmu yang diajarkannya sejak kecil, kita diajarkan bagusnya sikap jujur, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tetapi pengetahuan itu dihafal dan diujikan hanya sebatas kertas, karena di duga akan keluar dalam soal ujian.




Membangun pendidikan sebuah karakter manusia bukanlah sebuah proses menghafal soal materi ujian, Membangun pendidikan karakter manusia memerlukan kebiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak berbentuk instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai kekuatan yang ideal.
“Banyak guru, hakim, insinyur, dokter, profesor, banyak yang bukunya satu gudang dan diplomanya segulung besar, tiba dalam masyarakat menjadi “mati”, sebab dia bukan orang masyarakat. Hidupnya hanya mementingkan dirinya, diplomanya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah seperti batu, tidak mempunyai cita-cita, lain dari pada kesenangan dirinya. Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal. Kepandaian yang banyak itu kerap kali menimbulkan ketakutan, bukan menimbulkan keberaniannya memasuki lapangan hidup.

Selanjutanya kami serahkan kepada bapak Heru Irawan sebagai Monitoring Karakter Manusia, untuk membacakan makala ketiga. Bapak Heru Irawankami persilahkan!.


            Pada skala mikro, membangun manusia berkarakter harus dimulai dari sekolah, kampus, rumah tangga, juga Kementerian Pendidikan. Sebab, guru, dosen, murid, mahasiswa, dan juga rakyat sudah terlalu sering melihat berbagai paradoks. Banyak pejabat-pejabat berbicara tentang kebaikan. Seolah-olah orang yang paling berkuasa, ketika rakyat dan orang-orang kecil dibiarkan berdiri mengantri untuk bersalaman, Ia hanya santai dan acuh tak acuh.
            Membangun manusia berkarakter berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.
            Karakter mengandung pengertian, suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif, reputasi seseorang, dan kepribadian yang eksentrik.
            Dalam pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik atau berbeda atau dapat dibedakan  dengan orang lain. Dalam membangun karakter menurut Lickona (1992) menekan pentingnya dalam membangun karakter, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral.


Selanjutanya kami serahkan kepada bapak Yusuf Permana selaku Ketua Himpunan Manusia Berkarakter, untuk membacakan makala keempat. Bapak Yusuf Permana kami persilahkan!.


Dalam akhir-akhir ini dinamika manusia berkarakter telah diwarnai berbagai pertimbangan, bahwa membangun manusia berkarakter dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. Tetapi dalam pertimbangan peningkatan mutu, serta relevansi atas pemerintahan yang baik dan akuntabilitas, belum mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal maupun global.
Dalam Himpunan Manusia Berkarakter, meneliti bahwa hampir semua bakat adalah anugrah, karakter yang baik, sebaliknya, tidak dianugrahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit dengan pikiran, pilihan, keberanian, dan yang pasti usaha keras.

Ciri manusia Indonesia yang karakter dan wataknya lemah adalah kurangnya pegembangan karakter didalam pribadinya, orang Indonesia kurang kuat mempertahankan dan memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, demi untuk  “survive”bersedia untuk mengubah keyakinannya.
Banyak berpikir bahwa karakter suatu bangsa terakait dengan prestasi yang diraihnya, dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut Doni Koesomo Albertus menulis, bahwa membangun manusia berkarakter bertujuan untuk membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan, yang terutama dinilai adalah prilaku, dan bukan pemahamannya.

Hadirin yang kami hormati. Demikianlah pemakala telah dibawakan dengan baik olehbapak Alex Alfandianto, bapak Yulian Bayu Nurhesa, bapak Heru Irawan dan bapak Yusuf Permana. kami dapat menarik kesimpulan dari yang kami sampaikan sebagaiberikut :





1.      Masalah membangun karakter manusia tidak hanya didominasi dalam lingkup pendidikan namun juga dalam lingkup masyarakat dan terutama pribadi kita sendiri.

2.      Masalah dinamika dalam membangun manusia berkarakter dengan berbagai aktulitas, mendorong kitas emua untuk ikut bertanggung jawab mencari upaya

penanggulangannya secara tuntas dan konsisten.
3.      Supaya lapisan pemerintah dan juga masyarakat saling mendukung untuk membangun manusia berkarakter di Indonesia ini, sehingga manusia tumbuh dengan cerdas dalam kehidupan bangsa.

Dengan simpulan tersebut agar kita bisa menanggapi sekaligus memberikan sumbangan pemikiran melalui forum diskusi dalam seminar ini. Untuk itu segera saja kami buka untuk tiga penanya.

            Daftar pertanyaan :
            1.
            2.
            3.


Hadirin sekalian, demikianlah acara diskusi ini. Sebelum kami tutup.

Selaku moderator kami sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alex Alfandianto, Bapak Yulian Bayu Nurhesa, Bapak Heru irawan, dan Bapak Yusuf Permana atas peran sertanya mensukseskan seminar ini. Kepada hadirin kami mohon maaf jika kurang atau tidak memuaskan. Sepenuhnya acara kami akhiri dan kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.


Salam Sejahtera